Minggu, 23 Maret 2014

Hubungan Panjang Berat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis)



Laporan Praktikum Biologi Perikanan
HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN BILIH
(Mystacoleucuspadangensis)


DosenPenanggungJawab
AniSuryanti, S.Pi, M.Si.



Oleh :
Rudi HasonanganSiregar
120302012
V/B










LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014





BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia yang beriklim tropis, termasuk perairan tropis, terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan yang hidup di Indonesia. Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90 %) hidup di perairan laut dan sisanya 300 jenis (10 %) hidup di perairan air tawar dan payau. Balai Penelitian Perikanan Laut (1994) mencatat sebanyak 82 jenis ikan laut ekonomis penting di Indonesia. Angka ini belum mencakup ikan yang berasal dari air tawar dan air payau. Jumlah 82 jenis tersebut masih sedikit dan belum menggambarkan jumlah sebenamya ikan-ikan ekonomis penting di perairan Indonesia (Genisa, 1999).
Akhir-akhir ini ilmu tentang perikanan banyak dipelajari mengingat ikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting. Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo (Misran, 2008).
Dalam arti sempitnya, ilmu produk perikanan adalah ilmu yang dilaksanakan dengan  target terhadap jenis yang memiliki manfaat bagi umat manusia, di mana sebagai langkah, ilmu pengetahuan demi pencapaian pemanfaatan secara efektif dan pengelolaan terhadap sumber daya alam yang memiliki makna ini adalah ilmu analisa sumber daya alam (Hideaki, 2009).
Dalam rangka mendukung informasi keanekaragaman hayati diperlukan data dan informasi tentang beberapa aspek biologi ikan diantaranya hubungan  panjang-berat dan  faktor  kondisi lingkungannya. Penelitian mengenai hubungan panjang dan berat bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek biologi ikan untuk dapat dijadikan bahan acuan dalam pengelolaan sumber daya perikanan. (Marson, 2012).
Sebagai alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengkajian secara ilmiah untuk melakukan pengelolaan sumber daya perikanan yakni ilmu analisa sumber daya alam. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa ilmu analisa sumber daya alam merupakan pilar penopang utama dari ilmu produk perikanan. Ruang lingkup kehidupan laut ada berbagai ragam jenis biota yang hidup di dalamnya Termasuk diantaranya adalah anatomi dan fisiologi, ukuran (panjang dan berat ikan) serta tingkat kematangan gonadnya. sedangkan biota yang dimanfaatkan oleh kita sebagai umat manusia hanya sebagian saja (Hideaki, 2009).
Sejarah pembentukan danau, luas permukaan, kedalaman serta  ketinggian tempat  yang  berbeda  akan  memberikan kondisi lingkungan yang spesifik bagi ikan-ikan  yang  hidup  didalamnya.  Perbedaan ekotipik  tersebut  akan memicu  perubahan-perubahan  fisik  individu  ikan  maupun pertumbuhan  populasi  ikan  di alam. Perbedaan ekotipik akan memberikan kontribusi pada pola perkembangan ikan selama ontogeninya (Nofrita dkk., 2013)..

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Hubungan Panjang Berat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) adalah untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pengukuran panjang dan berat, perbandingan panjang dan berat tubuh ikan bilih, dan mengetahui manfaat dari pengetahuan akan hubungan panjang berat ikan bilih.

Manfaat Praktikum
            Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai sumber informasi mengenai perbandingan panjang dan berat tubuh ikan bilih serta sebagai dasar pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mystacoleucus padangensis Blekeer di Sumatera Barat biasa disebut dengan ikan bilih. Penyebaran ikan bilih ini terbatas di Danau Singkarak, namun dari  hasil beberapa  penelitian  yang  telah  di  lakukan  ternyata  ikan  bilih  juga  di temukan pada beberapa tempat di Sumatera, yaitu Danau Dibawah, di Sungai Batang Anai dan Danau Toba. Populasi ikan bilih di Sungai Batang Anai  ditemukan sejak dibukanya terowongan PLTA Singkarak, sedangkan di Danau  Toba  ikan  bilih  merupakan hasil introduksi  yang  dilakukan  pada  tahun 2003 (Nofrita dkk., 2013).
Menurut Barus, (2011), Ikan bilih atau dalam bahasa ilmiah disebut Mystacoleucus padangensis Bleeker adalah ikan endemik yang hidup di danau Singkarak, Sumatera Barat.  Sebagai ikan endemik, ikan  bilih hidup dalam geografis yang  terbatas sehingga di dunia hanya  ditemukan di danau Singkarak. Oleh karena itu, danau  Singkarak merupakan habitat asli ikan bilih.
            Karena  ikan  pora-pora  di  Danau  Toba tidak  pernah  tertangkap  lagi  sejak  tahun  1990-an, maka masyarakat sekitar danau tersebut  menyebut  ikan  bilih  sebagai  ikan  pora-pora.  Nama  pora-pora  yang sebenarnya  adalah  ikan  bilih  terus  melekat  dan  populer  sampai  sekarang (Marson, 2012).
Ikan bilih rentan terhadap kepunahan akibat kerusakan habitat dan eksploitasi yang  intensif. Di  danau  Singkarak  sebagai  habitat  asli,  ikan  bilih merupakan  hasil tangkapan  utama di samping  jenis-jenis  ikan  ekonomis  lainnya, seperti ikan asang (Osteochilus brachynopterus) dan juga sasau (Hampala  ampalong).  Pada  tahun  2002,  sekitar  90%  dari  hasil  tangkapan nelayan di danau Singkarak adalah ikan bilih. Ikan bilih melakukan  reproduksi atau pemijahan dengan mengikuti aliran  air di  sungai yang bermuara di danau.  (Barus, 2012).
Bentuk  badan  ikan  bilih  sangat  mirip  dengan  ikan  genggehek  (Jawa  Barat) atau wader (Jawa Tengah dan Timur), yaitu Mystacoleucus merginatus yang banyak terdapat di perairan umum Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Juga mirip dengan  ikan wader  cakul  (Jawa  Tengah  dan  Timur),  beunteur  (Jawa  Barat) atau  pora-pora (Sumatera  Utara),  yaitu Pontius  binotatus            (Marson, 2012).
Ciri-ciri umum yang dimiliki oleh ikan bilih (Mystacoleucus  padangensis  Bleeker) antara lain adalah sirip punggung mempunyai jari-jari keras (berduri) yang rebah ke muka, kadang-kadang duri ini tertutup oleh sisik sehingga tidak kelihatan jika tidak diraba, sirip dubur tidak mempunyai jari-jari keras, hanya terdapat 8- 9 jari-jari lemah, badan berbentuk bulat panjang dan pipih,  tinggi badan 2-3 cm dengan panjang badan maksimum hanya mencapai 11,6 cm, sisiknya  kecil-kecil  dan  tipis,  terdapat  37-39  baris  antara  tengah-tengah  dasar, sirip punggung dan gurat sisi atau lateral line   (Barus 2011).
Menurut Kartamihardja (2008), Secara sistematik, ikan bilih termasuk ke  dalam  klasisfikasi sebagai berikut
Kelas               :  Actinopterygii
Ordo                :  Cypriniformes
Famili              :  Cyprinidae
Sub Famili       :  Cyprininae
Genus              :  Mystacoleucus 
Species            :  Mystacoleucus padangensis Bleeker
Populasi ikan bilih di Danau Singkarak  mempunyai  ukuran  panjang berkisar 57,54-112,08 mm dengan berat berkisar 1,72-14,30 g. Ukuran ikan bilih pada lokasi ini paling kecil jika dibandingkan dengan populasi Danau Dibawah  dan  Danau Toba, sedangkan populasi ikan bilih Danau Toba mempunyai ukuran  paling besar. Kondisi ini dapat menjelaskan bahwa  populasi  ikan  bilih  di Danau  Toba  yang  merupakan  hasil introduksi  dapat  beradaptasi  dengan maksimal  terhadap  faktor  lingkungan  baru (Nofrita dkk., 2013).
Panjang dan berat ikan dapat diplotkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W=aLb. Nilai b merupakan konstanta adalah harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan, hubungan panjang berat pun dapat digunakan untuk melihat faktor kondisi ikan. Semakin besar nilai b, menunjukkan semakin baik kondisi lingkungan suatu perairan tersebut (Rifqie, 2007).    
Hubungan panjang-berat ikan merupakan pengetahuan  yang  signifikan  dipelajari, terutama untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Pentingnya pengetahuan  ini  sehingga hubungan panjang-berat  ikan dan distribusi panjangnya perlu diketahui, terutama untuk  mengkonversi  statistik  hasil  tangkapan, menduga besarnya populasi dan laju-laju mortalitasnya (Manik, 2009).
Walaupun  dengan  laju  pertumbuhan  yang kecil,  namun  ikan  tetap  akan  mengalami pertumbuhan panjang bahkan dalam kondisi faktor  lingkungan  yang  tidak  mendukung. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap Berlangsung walaupun ikan mungkin dalam keadaan  kekurangan makanan.  Jadi  untuk selanjutnya  perlu  dilakukan  kajian  terhadap tingkat  makanan, seberapa jauh pengaruh makanan terhadap pertumbuhan ikan. Analisis  hubungan  panjang  berat menggunakan  data  panjang  total  dan  berat basah  ikan  contoh  untuk  melihat  pola pertumbuhan  individu  ikan (Nugroho, 2013).
Disamping itu diperlukan juga dalam mengatur perikanan, yaitu menentukan  selektifitas  alat  tangkap  agar  ikan-ikan yang  tertangkap hanya  yang berukuran layak tangkap. Hubungan panjang-berat  ikan  juga  sangat  penting  artinya  di dalam  ilmu  dinamika  populasi,  misalnya  dalam  menghitung  hasil  tangkapan  per rekrut (yield per recruit, Y/R) dan biomasanya (Manik, 2009).
Pengukuran  panjang–berat  ikan juga bertujuan  untuk  mengetahui  variasi  berat  dan panjang  tertentu  dari  ikan  secara  individual  atau  kelompok–kelompok  individu sebagai  suatu  petunjuk  tentang  kegemukan,  kesehatan,  produktifitas  dan  kondisi fisiologis  termasuk  perkembangan  gonad.  Analisa  hubungan  panjang–berat  juga dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness, yang  merupakan  salah  satu  hal  penting  dari  pertumbuhan  untuk  membandingkan kondisi  atau  keadaan  kesehatan  relatif  populasi  ikan  atau  individu  tertentu (Mulfizar dkk., 2012).







BAB III
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 Maret 2013 di Laboraturium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Alat dan Bahan
            Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan analitik untuk mengukur berat ikan, kertas milimeter untuk mengukur panjang ikan, kamera untuk keperluan dokumentasi, nampan sebagai tempat menampung ikan, botol sampel untuk menampung sampel gonad, gunting dan pinset serta cutter untuk membedah ikan dan alat tulis untuk mencatat hasil praktikum.
Sedangkan bahan yang diperlukan antara lain ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) dan larutan gilsen untuk keperluan pengawetan gonad dalam botol sampel.

Prosedur Praktikum
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Disiapkan ikan bilih yang akan diukur panjang dan beratnya.
2.    Dilakukan pengukuran terhadap panjang (TL, SL dan FL) dan berat ikan tersebut.
3.    Dicatat data hasil pengukuran yang diperoleh.
4.    Dilakukan pembedahan terhadap ikan tersebut dengan cara memotong dari bagian anal hingga belakang operculumnya.
5.    Diambil gonad dari ikan tersebut.
6.    Lakukan pengukuran berat gonad dari setiap ikan yang dibedah.
7.    Dicatat hasil pengukuran tersebut untuk keperluan praktikum selanjutnya.
8.    Dimasukkan gonad di dalam botol sampel dan diberikan larutan gilsen secukupnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a.       Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis)





b.      Diagram hubungan Panjang Berat ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis)
   
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum       : Chordata
Kelas        : Actinopterygii
Ordo         : Cypriniformes
Famili       : Cyprinoidea
Genus       : Mystacoleucus
 Spesies     : Mystacoleucus padangensis

Tabulasi Data Panjang Berat Ikan
Kelompok       : V (Genap)
Kode Sampel  : Stasiun I dan Stasiun IV
Tabel Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Stasiun 1 dan Stasiun 4
No.
BT (g)
TL (mm)
FL (mm)
SL (mm)
JK (B/J)
BG (g)
Kode Sampel
Keterangan
1
17.02
11.9
10.1
6.5
B
0.65
1

2
16.34
12
10.5
9.5
B
0.43
1

3
18.98
12.5
10.9
10
J
1.23
1

4
8.23
9.6
8.3
7.8
J
0.56
1

5
6.75
8.5
7.5
7
J
0.32
1

6
6.29
8.7
7.8
7.3
J
0.35
1

7
5.54
8.3
7.4
6.9
J
0.33
1

8
7.31
9
8.9
7.3
J
0.53
1

9
4.17
8
8.9
6.3
J
0.19
1

10
5.99
8.5
7.5
7
J
0.52
1

11
6.42
8.5
7.9
7
J
0.66
1

12
5.37
8.4
7.3
6.9
J
0.35
1

13
5.55
8.4
7.2
6.9
J
0.29
1

14
5.96
8.9
7.9
7.3
J
0.41
1

15
6.64
8.5
7.6
7.1
J
0.40
1

16
4.31
8.1
7.1
6.6
J
0.13
1

17
6.55
8.8
7.8
7.3
J
0.48
1

18
4.11
7.8
6.8
6.2
J
0.13
1

19
6.10
8.9
7.9
7.2
J
0.33
1

20
3.30
6.9
6.3
5.8
J
0.10
1

21
6.54
8.7
7.6
7
J
0.45
1

22
4.68
8.2
7.3
6.9
J
0.10
1

23
4.76
8
7
6.5
J
0.15
1

24
5.11
8.2
7.2
6.5
J
0.11
1

25
4.50
7.8
6.8
6.4
J
0.11
1

26
14.82
11.5
9
9.8
B
2.08
1

27
19.20
12.5
9.5
11
J
0.69
1

28
8.34
9.5
7.5
8.4
J
0.59
1

29
26.39
14.5
11.5
12.3
J
1.04
1

30
6.83
9
7
7.9
J
0.48
1

31
6.27
9
7
7.8
J
0.17
1

32
7.63
9.5
7.5
8
J
0.59
1

33
5.27
8.5
6.8
7.3
J
0.15
1

34
7.92
9.5
7.5
8
J
0.27
1

35
6.50
9.5
7.5
8
J
0.50
1

36
9.12
9.5
8
8.5
J
0.62
1

37
9.63
10
8
8.1
J
0.71
1

38
9.40
10
8
8.5
J
0.63
1

39
13.30
11.5
9
9.8
J
0.81
1

40
6.20
9
7
7.7
J
0.52
1

41
6.23
8.5
7
7.4
J
0.53
1

42
6.26
9
7
7.5
J
0.38
1

43
5.83
8.5
6.5
7
J
0.35
1

44
6.95
9
7
7.5
J
-
1

45
5.67
9
7
7.9
J
2.06
1

46
5.26
8.5
6.7
7.3
J
0.45
1

47
6.57
8.1
7
7.5
J
0.34
1

48
6.19
8
6.3
6.8
J
0.37
1

49
6.25
8.8
7
7.5
J
0.10
1

50
4.38
8
6
6.7
J
0.11
1

51
42.22
15.7
12.4
13.2
B
7.40
4

52
41.29
14.8
11.8
12.3
B
3.71
4

53
7.40
14.3
11
11.8
B
6.18
4

54
32.80
15
12
12.8
B
2.90
4


Tabel Hubungan Panjang Dan Berat Ikan Bilih

Pembahasan
            Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) yang digunakan sebagai sampel praktikum merupakan ikan yang berasal dari perairan Danau Toba. Menururt Nofrita dkk. (2013), Penyebaran ikan bilih ini terbatas di Danau Singkarak, namun dari  hasil beberapa  penelitian  yang  telah  di  lakukan  ternyata  ikan  bilih  juga  di temukan pada beberapa tempat di Sumatera, yaitu Danau Dibawah, di Sungai Batang Anai dan Danau Toba. Populasi ikan bilih di Sungai Batang Anai  ditemukan sejak dibukanya terowongan PLTA Singkarak, sedangkan di Danau  Toba  ikan  bilih  merupakan hasil introduksi  yang  dilakukan  pada  tahun 2003.
Menurut Nofrita dkk (2013), Populasi ikan bilih di Danau Singkarak  mempunyai  ukuran  panjang berkisar 57,54-112,08 mm dengan berat berkisar 1,72-14,30 g. Ukuran ikan bilih pada lokasi ini paling kecil jika dibandingkan dengan populasi Danau Dibawah  dan  Danau Toba, sedangkan populasi ikan bilih Danau Toba mempunyai ukuran  paling besar. Kondisi ini dapat menjelaskan bahwa  populasi  ikan  bilih  di Danau  Toba  yang  merupakan  hasil introduksi  dapat  beradaptasi  dengan maksimal  terhadap  faktor  lingkungan  baru
Dari hasil Pengukuran terhadap ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) pada saat praktikum meliputi pengukuran panjang total, panjang baku dan panjang fork serta berat dari tubuh ikan dan berat gonadnya. Menurut Manik (2009), di dalam ilmu biologi perikanan, hubungan panjang-berat ikan merupakan pengetahuan  yang  signifikan  dipelajari, terutama untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Pentingnya pengetahuan  ini  sehingga hubungan panjang-berat  ikan dan distribusi panjangnya perlu diketahui, terutama untuk  mengkonversi  statistik  hasil tangkapan, menduga besarnya populasi dan laju-laju mortalitasnya. Disamping itu diperlukan juga dalam mengatur perikanan, yaitu menentukan  selektifitas  alat  tangkap  agar  ikan-ikan yang  tertangkap hanya  yang berukuran layak tangkap.
Pada saat praktikum ukuran maksimum ikan bilih yang ditemukan pada sampel adalah 74,5 gr dengan panjang 18,4 mm. Menurut Nofrita dkk. (2013), populasi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) di Danau Singkarak  mempunyai  ukuran  panjang berkisar 57,54-112,08 mm dengan berat berkisar 1,72-14,30 g. Ukuran ikan bilih pada lokasi ini paling kecil jika dibandingkan dengan populasi Danau Dibawah  dan  Danau Toba, sedangkan populasi ikan bilih Danau Toba mempunyai ukuran  paling besar. Kondisi ini dapat menjelaskan bahwa  populasi  ikan  bilih  di Danau  Toba  yang  merupakan  hasil introduksi  dapat  beradaptasi  dengan maksimal  terhadap  faktor  lingkungan  baru.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dari praktikum ini, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.    Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) yang ditemukan di Danau Toba merupakan hasil introduksi pada tahun 2003 dan telah menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungan barunya.
2.    Populasi  ikan  bilih  di Danau  Toba  yang  merupakan  hasil introduksi  dapat  beradaptasi  dengan maksimal  terhadap  faktor  lingkungan  baru.
3.    Panjang-berat  ikan  juga  sangat  penting  artinya  di dalam  ilmu  dinamika  populasi,  misalnya  dalam  menghitung  hasil  tangkapan  per rekrut (yield per recruit, Y/R) dan biomasanya
4.    Hubungan panjang-berat ikan merupakan pengetahuan  yang  signifikan  dipelajari, terutama untuk kepentingan pengelolaan perikanan.
5.    Hubungan panjang-berat  ikan dan distribusi panjangnya perlu diketahui, terutama untuk  mengkonversi  statistik  hasil tangkapan, menduga besarnya populasi dan laju-laju mortalitasnya.

Saran
            Diharapkan dalam pelaksanaan praktikum seperti ini adanya koordinasi yang baik antara praktikan dan asisten praktikum sehingga praktikum dapat berjalan sesuai harapan. Selain itu, praktikan diharapkan mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dari praktikum, serta menemukan inovasi-inovasi baru, khususnya pada bidang ilmu perikanan dan kelautan yang nantinya akan sangat berguna untuk penelitian selanjutnya.






DAFTAR PUSTAKA

Barus, S.R.D. 2011. Aspek Bioekologi Ikan Bilih (Mystacoleucus Padangensis Bleeker.) di Perairan Danau Toba, Sumatera Utara. Tesis pada Program Studi Magister Biologi Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Genisa, A.S. 1999. Pengenalan Jenis - Jenis Ikan Laut Ekonomi Penting di Indonesia. Jurnal Oseana, Volume XXIV, Nomor 1, 1999:17 – 38. ISSN 0216-1877.

Hideaki, K. 2009. Textbook Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. JICA Expert on Coastal Resources Management, Jakarta.

Manik, N. 2009. Hubungan Panjang – Berat Dan Faktor Kondisi Ikan  Layang  (Decapterus Russelli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35(1) : 65-74                       ISSN 0125 – 9830.

Marson. 2012. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Julung-Julung (Hemirhamphodon Pogonognathus) di Perairan Sungai Musi Bagian Hilir, Sumatera Selatan. Jurnal Fisheries Vol. I - 1 : 34 – 36, Juli 2012 ISSN 2301-4172.

Misran. 2008. Materi kuliah Ikhtiologi. http://ub.lecture.ac.id

Mulfizar, Zainal, A.M., Irma, D. 2012. Hubungan  Panjang  Berat  dan  Faktor  Kondisi  Tiga  Jenis  Ikan Yang  Tertangkap  di  Perairan  Kuala  Gigieng,  Aceh  Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Depik, 1(1):1-9 April ISSN 2089-7790 .

Nofrita, Dahelmi, Hafrijal, S., Djong, H.T. 2013. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteristik Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer). Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Rifqie, G.L. 2007. Analisis Frekuensi Panjang dan Hubungan Panjang Berat Ikan Kembung Lelaki (Restrlliger kanagurta) di Teluk Jakarta. Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar