Laporan Praktikum Biologi Perikanan
HUBUNGAN PANJANG
BERAT IKAN BILIH
(Mystacoleucuspadangensis)
DosenPenanggungJawab
AniSuryanti, S.Pi, M.Si.
Oleh :
Rudi HasonanganSiregar
120302012
V/B

LABORATORIUM BIOLOGI
PERIKANAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia yang beriklim tropis, termasuk perairan
tropis, terkenal kaya dalam perbendaharaan jenis-jenis ikannya. Berdasarkan
penelitian dan beberapa literatur diketahui tidak kurang dari 3.000 jenis ikan
yang hidup di Indonesia. Dari 3.000 jenis tersebut sebanyak 2.700 jenis (90 %)
hidup di perairan laut dan sisanya 300 jenis (10 %) hidup di perairan air tawar
dan payau. Balai Penelitian Perikanan Laut (1994) mencatat sebanyak 82 jenis
ikan laut ekonomis penting di Indonesia. Angka ini belum mencakup ikan yang
berasal dari air tawar dan air payau. Jumlah 82 jenis tersebut masih sedikit
dan belum menggambarkan jumlah sebenamya ikan-ikan ekonomis penting di perairan
Indonesia (Genisa, 1999).
Akhir-akhir ini ilmu tentang
perikanan banyak dipelajari mengingat ikan merupakan salah satu sumberdaya yang
penting. Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat
poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya
serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki
kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang
disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar 50,000 jenis
hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain memiliki
jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483
famili dan 57 ordo (Misran, 2008).
Dalam arti sempitnya, ilmu
produk perikanan adalah ilmu yang dilaksanakan dengan target terhadap jenis yang memiliki manfaat
bagi umat manusia, di mana sebagai langkah, ilmu pengetahuan demi pencapaian
pemanfaatan secara efektif dan pengelolaan terhadap sumber daya alam yang
memiliki makna ini adalah ilmu analisa sumber daya alam (Hideaki, 2009).
Dalam rangka mendukung
informasi keanekaragaman hayati diperlukan data dan informasi tentang beberapa
aspek biologi ikan diantaranya hubungan
panjang-berat dan faktor kondisi lingkungannya. Penelitian mengenai
hubungan panjang dan berat bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek biologi
ikan untuk dapat dijadikan bahan acuan dalam pengelolaan sumber daya perikanan.
(Marson, 2012).
Sebagai alat yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan pengkajian secara ilmiah untuk melakukan pengelolaan sumber
daya perikanan yakni ilmu analisa sumber daya alam. Dengan kata lain bisa
dikatakan bahwa ilmu analisa sumber daya alam merupakan pilar penopang utama
dari ilmu produk perikanan. Ruang lingkup kehidupan laut ada berbagai ragam jenis
biota yang hidup di dalamnya Termasuk diantaranya adalah anatomi dan fisiologi,
ukuran (panjang dan berat ikan) serta tingkat kematangan gonadnya. sedangkan
biota yang dimanfaatkan oleh kita sebagai umat manusia hanya sebagian saja
(Hideaki, 2009).
Sejarah pembentukan danau, luas
permukaan, kedalaman serta ketinggian
tempat yang berbeda
akan memberikan kondisi
lingkungan yang spesifik bagi ikan-ikan
yang hidup didalamnya.
Perbedaan ekotipik tersebut akan memicu
perubahan-perubahan fisik individu
ikan maupun pertumbuhan populasi
ikan di alam. Perbedaan ekotipik
akan memberikan kontribusi pada pola perkembangan ikan selama ontogeninya
(Nofrita dkk., 2013)..
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum
Hubungan Panjang Berat Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis) adalah untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pengukuran
panjang dan berat, perbandingan panjang dan berat tubuh ikan bilih, dan
mengetahui manfaat dari pengetahuan akan hubungan panjang berat ikan bilih.
Manfaat Praktikum
Manfaat
dari praktikum ini adalah sebagai sumber informasi mengenai perbandingan
panjang dan berat tubuh ikan bilih serta sebagai dasar pertimbangan bagi
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mystacoleucus padangensis Blekeer di Sumatera Barat biasa disebut dengan ikan bilih.
Penyebaran ikan bilih ini terbatas di Danau Singkarak, namun dari hasil beberapa penelitian
yang telah di
lakukan ternyata ikan
bilih juga di temukan pada beberapa tempat di Sumatera, yaitu
Danau Dibawah, di Sungai Batang Anai dan Danau Toba. Populasi ikan bilih di
Sungai Batang Anai ditemukan sejak dibukanya
terowongan PLTA Singkarak, sedangkan di Danau
Toba ikan bilih
merupakan hasil introduksi
yang dilakukan pada
tahun 2003 (Nofrita dkk., 2013).
Menurut Barus, (2011), Ikan
bilih atau dalam bahasa ilmiah disebut Mystacoleucus
padangensis Bleeker adalah ikan endemik yang hidup di danau Singkarak,
Sumatera Barat. Sebagai ikan endemik, ikan bilih hidup dalam geografis yang terbatas sehingga di dunia hanya ditemukan di danau Singkarak. Oleh karena
itu, danau Singkarak merupakan habitat
asli ikan bilih.
Karena ikan pora-pora di Danau Toba tidak pernah tertangkap lagi sejak tahun 1990-an, maka masyarakat sekitar danau tersebut menyebut ikan bilih sebagai ikan pora-pora. Nama pora-pora yang sebenarnya adalah ikan bilih terus melekat dan populer sampai sekarang (Marson, 2012).
Karena ikan pora-pora di Danau Toba tidak pernah tertangkap lagi sejak tahun 1990-an, maka masyarakat sekitar danau tersebut menyebut ikan bilih sebagai ikan pora-pora. Nama pora-pora yang sebenarnya adalah ikan bilih terus melekat dan populer sampai sekarang (Marson, 2012).
Ikan bilih rentan terhadap
kepunahan akibat kerusakan habitat dan eksploitasi yang intensif. Di
danau Singkarak sebagai
habitat asli, ikan
bilih merupakan hasil tangkapan utama di samping jenis-jenis
ikan ekonomis lainnya, seperti ikan asang (Osteochilus brachynopterus) dan juga
sasau (Hampala ampalong). Pada
tahun 2002, sekitar
90% dari hasil
tangkapan nelayan di danau Singkarak adalah ikan bilih. Ikan bilih
melakukan reproduksi atau pemijahan
dengan mengikuti aliran air di sungai yang bermuara di danau. (Barus, 2012).
Bentuk badan
ikan bilih sangat
mirip dengan ikan
genggehek (Jawa Barat) atau wader (Jawa Tengah dan Timur),
yaitu Mystacoleucus merginatus yang
banyak terdapat di perairan umum Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Juga mirip
dengan ikan wader cakul
(Jawa Tengah dan
Timur), beunteur (Jawa
Barat) atau pora-pora (Sumatera Utara),
yaitu Pontius binotatus (Marson, 2012).
Ciri-ciri umum yang dimiliki
oleh ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) antara lain adalah sirip punggung
mempunyai jari-jari keras (berduri) yang rebah ke muka, kadang-kadang duri ini
tertutup oleh sisik sehingga tidak kelihatan jika tidak diraba, sirip dubur
tidak mempunyai jari-jari keras, hanya terdapat 8- 9 jari-jari lemah, badan
berbentuk bulat panjang dan pipih,
tinggi badan 2-3 cm dengan panjang badan maksimum hanya mencapai 11,6 cm,
sisiknya kecil-kecil dan
tipis, terdapat 37-39
baris antara tengah-tengah
dasar, sirip punggung dan gurat sisi atau lateral line (Barus 2011).
Menurut Kartamihardja (2008),
Secara sistematik, ikan bilih termasuk ke
dalam klasisfikasi sebagai berikut
Kelas : Actinopterygii
Ordo :
Cypriniformes
Famili :
Cyprinidae
Sub Famili :
Cyprininae
Genus :
Mystacoleucus
Species :
Mystacoleucus padangensis
Bleeker
Populasi ikan bilih di Danau
Singkarak mempunyai ukuran
panjang berkisar 57,54-112,08 mm dengan berat berkisar 1,72-14,30 g.
Ukuran ikan bilih pada lokasi ini paling kecil jika dibandingkan dengan
populasi Danau Dibawah dan Danau Toba, sedangkan populasi ikan bilih
Danau Toba mempunyai ukuran paling
besar. Kondisi ini dapat menjelaskan bahwa
populasi ikan bilih
di Danau Toba yang
merupakan hasil introduksi dapat
beradaptasi dengan maksimal terhadap
faktor lingkungan baru (Nofrita dkk., 2013).
Panjang dan berat ikan dapat
diplotkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W=aLb.
Nilai b merupakan konstanta adalah harga pangkat yang menunjukkan pola
pertumbuhan ikan, hubungan panjang berat pun dapat digunakan untuk melihat
faktor kondisi ikan. Semakin besar nilai b, menunjukkan semakin baik kondisi
lingkungan suatu perairan tersebut (Rifqie, 2007).
Hubungan panjang-berat ikan
merupakan pengetahuan yang signifikan
dipelajari, terutama untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Pentingnya
pengetahuan ini sehingga hubungan panjang-berat ikan dan distribusi panjangnya perlu
diketahui, terutama untuk
mengkonversi statistik hasil
tangkapan, menduga besarnya populasi dan laju-laju mortalitasnya (Manik,
2009).
Walaupun dengan
laju pertumbuhan yang kecil,
namun ikan tetap
akan mengalami pertumbuhan
panjang bahkan dalam kondisi faktor
lingkungan yang tidak
mendukung. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap Berlangsung walaupun
ikan mungkin dalam keadaan kekurangan
makanan. Jadi untuk selanjutnya perlu
dilakukan kajian terhadap tingkat makanan, seberapa jauh pengaruh makanan
terhadap pertumbuhan ikan. Analisis
hubungan panjang berat menggunakan data
panjang total dan
berat basah ikan contoh
untuk melihat pola pertumbuhan individu
ikan (Nugroho, 2013).
Disamping itu diperlukan
juga dalam mengatur perikanan, yaitu menentukan
selektifitas alat tangkap
agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap. Hubungan
panjang-berat ikan juga
sangat penting artinya
di dalam ilmu dinamika
populasi, misalnya dalam
menghitung hasil tangkapan
per rekrut (yield per recruit,
Y/R) dan biomasanya (Manik, 2009).
Pengukuran panjang–berat
ikan juga bertujuan untuk mengetahui
variasi berat dan panjang
tertentu dari ikan
secara individual atau
kelompok–kelompok individu
sebagai suatu petunjuk
tentang kegemukan, kesehatan,
produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk
perkembangan gonad. Analisa
hubungan panjang–berat juga dapat mengestimasi faktor kondisi atau
sering disebut dengan index of plumpness,
yang merupakan salah
satu hal penting
dari pertumbuhan untuk
membandingkan kondisi atau keadaan
kesehatan relatif populasi
ikan atau individu
tertentu (Mulfizar dkk., 2012).
BAB III
METODOLOGI
Waktu dan
Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 10 Maret 2013 di
Laboraturium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan
antara lain timbangan analitik untuk mengukur berat ikan, kertas milimeter
untuk mengukur panjang ikan, kamera untuk keperluan dokumentasi, nampan sebagai
tempat menampung ikan, botol sampel untuk menampung sampel gonad, gunting dan
pinset serta cutter untuk membedah ikan dan alat tulis untuk mencatat hasil
praktikum.
Sedangkan bahan yang
diperlukan antara lain ikan bilih (Mystacoleucus
padangensis) dan larutan gilsen untuk keperluan pengawetan gonad dalam
botol sampel.
Prosedur
Praktikum
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Disiapkan ikan bilih yang akan diukur panjang dan beratnya.
2.
Dilakukan pengukuran terhadap panjang (TL, SL dan FL) dan
berat ikan tersebut.
3.
Dicatat data hasil pengukuran yang diperoleh.
4.
Dilakukan pembedahan terhadap ikan tersebut dengan cara
memotong dari bagian anal hingga belakang operculumnya.
5.
Diambil gonad dari ikan tersebut.
6.
Lakukan pengukuran berat gonad dari setiap ikan yang dibedah.
7.
Dicatat hasil pengukuran tersebut untuk keperluan praktikum
selanjutnya.
8.
Dimasukkan gonad di dalam botol sampel dan diberikan larutan
gilsen secukupnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a.
Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis)
b.
Diagram hubungan Panjang
Berat ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo :
Cypriniformes
Famili :
Cyprinoidea
Genus :
Mystacoleucus
Spesies : Mystacoleucus
padangensis
Tabulasi Data
Panjang Berat Ikan
Kelompok :
V (Genap)
Kode Sampel :
Stasiun I dan Stasiun IV
|
Tabel
Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Stasiun 1 dan Stasiun 4
|
||||||||
|
No.
|
BT (g)
|
TL (mm)
|
FL (mm)
|
SL (mm)
|
JK (B/J)
|
BG (g)
|
Kode Sampel
|
Keterangan
|
|
1
|
17.02
|
11.9
|
10.1
|
6.5
|
B
|
0.65
|
1
|
|
|
2
|
16.34
|
12
|
10.5
|
9.5
|
B
|
0.43
|
1
|
|
|
3
|
18.98
|
12.5
|
10.9
|
10
|
J
|
1.23
|
1
|
|
|
4
|
8.23
|
9.6
|
8.3
|
7.8
|
J
|
0.56
|
1
|
|
|
5
|
6.75
|
8.5
|
7.5
|
7
|
J
|
0.32
|
1
|
|
|
6
|
6.29
|
8.7
|
7.8
|
7.3
|
J
|
0.35
|
1
|
|
|
7
|
5.54
|
8.3
|
7.4
|
6.9
|
J
|
0.33
|
1
|
|
|
8
|
7.31
|
9
|
8.9
|
7.3
|
J
|
0.53
|
1
|
|
|
9
|
4.17
|
8
|
8.9
|
6.3
|
J
|
0.19
|
1
|
|
|
10
|
5.99
|
8.5
|
7.5
|
7
|
J
|
0.52
|
1
|
|
|
11
|
6.42
|
8.5
|
7.9
|
7
|
J
|
0.66
|
1
|
|
|
12
|
5.37
|
8.4
|
7.3
|
6.9
|
J
|
0.35
|
1
|
|
|
13
|
5.55
|
8.4
|
7.2
|
6.9
|
J
|
0.29
|
1
|
|
|
14
|
5.96
|
8.9
|
7.9
|
7.3
|
J
|
0.41
|
1
|
|
|
15
|
6.64
|
8.5
|
7.6
|
7.1
|
J
|
0.40
|
1
|
|
|
16
|
4.31
|
8.1
|
7.1
|
6.6
|
J
|
0.13
|
1
|
|
|
17
|
6.55
|
8.8
|
7.8
|
7.3
|
J
|
0.48
|
1
|
|
|
18
|
4.11
|
7.8
|
6.8
|
6.2
|
J
|
0.13
|
1
|
|
|
19
|
6.10
|
8.9
|
7.9
|
7.2
|
J
|
0.33
|
1
|
|
|
20
|
3.30
|
6.9
|
6.3
|
5.8
|
J
|
0.10
|
1
|
|
|
21
|
6.54
|
8.7
|
7.6
|
7
|
J
|
0.45
|
1
|
|
|
22
|
4.68
|
8.2
|
7.3
|
6.9
|
J
|
0.10
|
1
|
|
|
23
|
4.76
|
8
|
7
|
6.5
|
J
|
0.15
|
1
|
|
|
24
|
5.11
|
8.2
|
7.2
|
6.5
|
J
|
0.11
|
1
|
|
|
25
|
4.50
|
7.8
|
6.8
|
6.4
|
J
|
0.11
|
1
|
|
|
26
|
14.82
|
11.5
|
9
|
9.8
|
B
|
2.08
|
1
|
|
|
27
|
19.20
|
12.5
|
9.5
|
11
|
J
|
0.69
|
1
|
|
|
28
|
8.34
|
9.5
|
7.5
|
8.4
|
J
|
0.59
|
1
|
|
|
29
|
26.39
|
14.5
|
11.5
|
12.3
|
J
|
1.04
|
1
|
|
|
30
|
6.83
|
9
|
7
|
7.9
|
J
|
0.48
|
1
|
|
|
31
|
6.27
|
9
|
7
|
7.8
|
J
|
0.17
|
1
|
|
|
32
|
7.63
|
9.5
|
7.5
|
8
|
J
|
0.59
|
1
|
|
|
33
|
5.27
|
8.5
|
6.8
|
7.3
|
J
|
0.15
|
1
|
|
|
34
|
7.92
|
9.5
|
7.5
|
8
|
J
|
0.27
|
1
|
|
|
35
|
6.50
|
9.5
|
7.5
|
8
|
J
|
0.50
|
1
|
|
|
36
|
9.12
|
9.5
|
8
|
8.5
|
J
|
0.62
|
1
|
|
|
37
|
9.63
|
10
|
8
|
8.1
|
J
|
0.71
|
1
|
|
|
38
|
9.40
|
10
|
8
|
8.5
|
J
|
0.63
|
1
|
|
|
39
|
13.30
|
11.5
|
9
|
9.8
|
J
|
0.81
|
1
|
|
|
40
|
6.20
|
9
|
7
|
7.7
|
J
|
0.52
|
1
|
|
|
41
|
6.23
|
8.5
|
7
|
7.4
|
J
|
0.53
|
1
|
|
|
42
|
6.26
|
9
|
7
|
7.5
|
J
|
0.38
|
1
|
|
|
43
|
5.83
|
8.5
|
6.5
|
7
|
J
|
0.35
|
1
|
|
|
44
|
6.95
|
9
|
7
|
7.5
|
J
|
-
|
1
|
|
|
45
|
5.67
|
9
|
7
|
7.9
|
J
|
2.06
|
1
|
|
|
46
|
5.26
|
8.5
|
6.7
|
7.3
|
J
|
0.45
|
1
|
|
|
47
|
6.57
|
8.1
|
7
|
7.5
|
J
|
0.34
|
1
|
|
|
48
|
6.19
|
8
|
6.3
|
6.8
|
J
|
0.37
|
1
|
|
|
49
|
6.25
|
8.8
|
7
|
7.5
|
J
|
0.10
|
1
|
|
|
50
|
4.38
|
8
|
6
|
6.7
|
J
|
0.11
|
1
|
|
|
51
|
42.22
|
15.7
|
12.4
|
13.2
|
B
|
7.40
|
4
|
|
|
52
|
41.29
|
14.8
|
11.8
|
12.3
|
B
|
3.71
|
4
|
|
|
53
|
7.40
|
14.3
|
11
|
11.8
|
B
|
6.18
|
4
|
|
|
54
|
32.80
|
15
|
12
|
12.8
|
B
|
2.90
|
4
|
|
Tabel Hubungan
Panjang Dan Berat Ikan Bilih
Pembahasan
Ikan bilih (Mystacoleucus
padangensis) yang digunakan sebagai sampel praktikum merupakan ikan yang
berasal dari perairan Danau Toba. Menururt Nofrita dkk. (2013), Penyebaran ikan
bilih ini terbatas di Danau Singkarak, namun dari hasil beberapa penelitian
yang telah di
lakukan ternyata ikan
bilih juga di temukan pada beberapa tempat di Sumatera, yaitu
Danau Dibawah, di Sungai Batang Anai dan Danau Toba. Populasi ikan bilih di
Sungai Batang Anai ditemukan sejak dibukanya
terowongan PLTA Singkarak, sedangkan di Danau
Toba ikan bilih
merupakan hasil introduksi
yang dilakukan pada
tahun 2003.
Menurut Nofrita dkk (2013), Populasi
ikan bilih di Danau Singkarak
mempunyai ukuran panjang berkisar 57,54-112,08 mm dengan berat
berkisar 1,72-14,30 g. Ukuran ikan bilih pada lokasi ini paling kecil jika
dibandingkan dengan populasi Danau Dibawah
dan Danau Toba, sedangkan
populasi ikan bilih Danau Toba mempunyai ukuran
paling besar. Kondisi ini dapat menjelaskan bahwa populasi
ikan bilih di Danau
Toba yang merupakan
hasil introduksi dapat beradaptasi
dengan maksimal terhadap faktor
lingkungan baru
Dari hasil Pengukuran
terhadap ikan bilih (Mystacoleucus
padangensis) pada saat praktikum meliputi pengukuran panjang total, panjang
baku dan panjang fork serta berat dari tubuh ikan dan berat gonadnya. Menurut
Manik (2009), di dalam ilmu biologi perikanan, hubungan panjang-berat ikan
merupakan pengetahuan yang signifikan
dipelajari, terutama untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Pentingnya
pengetahuan ini sehingga hubungan panjang-berat ikan dan distribusi panjangnya perlu
diketahui, terutama untuk mengkonversi
statistik hasil tangkapan,
menduga besarnya populasi dan laju-laju mortalitasnya. Disamping itu diperlukan
juga dalam mengatur perikanan, yaitu menentukan
selektifitas alat tangkap
agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap.
Pada saat praktikum ukuran
maksimum ikan bilih yang ditemukan pada sampel adalah 74,5 gr dengan panjang
18,4 mm. Menurut Nofrita dkk. (2013), populasi ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) di Danau Singkarak mempunyai
ukuran panjang berkisar
57,54-112,08 mm dengan berat berkisar 1,72-14,30 g. Ukuran ikan bilih pada
lokasi ini paling kecil jika dibandingkan dengan populasi Danau Dibawah dan
Danau Toba, sedangkan populasi ikan bilih Danau Toba mempunyai ukuran paling besar. Kondisi ini dapat menjelaskan bahwa populasi
ikan bilih di Danau
Toba yang merupakan
hasil introduksi dapat beradaptasi
dengan maksimal terhadap faktor
lingkungan baru.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dari praktikum ini, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Ikan bilih (Mystacoleucus
padangensis) yang ditemukan di Danau Toba merupakan hasil introduksi pada
tahun 2003 dan telah menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungan barunya.
2.
Populasi ikan bilih
di Danau Toba yang
merupakan hasil introduksi dapat
beradaptasi dengan maksimal terhadap
faktor lingkungan baru.
3.
Panjang-berat
ikan juga sangat
penting artinya di dalam
ilmu dinamika populasi,
misalnya dalam menghitung
hasil tangkapan per rekrut (yield per recruit, Y/R) dan biomasanya
4.
Hubungan panjang-berat ikan merupakan pengetahuan yang
signifikan dipelajari, terutama
untuk kepentingan pengelolaan perikanan.
5.
Hubungan panjang-berat
ikan dan distribusi panjangnya perlu diketahui, terutama untuk mengkonversi
statistik hasil tangkapan,
menduga besarnya populasi dan laju-laju mortalitasnya.
Saran
Diharapkan
dalam pelaksanaan praktikum seperti ini adanya koordinasi yang baik antara
praktikan dan asisten praktikum sehingga praktikum dapat berjalan sesuai
harapan. Selain itu, praktikan diharapkan mampu menerapkan ilmu yang diperoleh
dari praktikum, serta menemukan inovasi-inovasi baru, khususnya pada bidang
ilmu perikanan dan kelautan yang nantinya akan sangat berguna untuk penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, S.R.D. 2011. Aspek Bioekologi Ikan Bilih (Mystacoleucus Padangensis Bleeker.) di
Perairan Danau Toba, Sumatera Utara. Tesis pada Program Studi Magister
Biologi Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
Genisa, A.S. 1999. Pengenalan Jenis - Jenis Ikan Laut Ekonomi Penting di Indonesia.
Jurnal Oseana, Volume XXIV, Nomor 1, 1999:17 – 38. ISSN 0216-1877.
Hideaki, K. 2009. Textbook Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. JICA Expert on Coastal
Resources Management, Jakarta.
Manik, N. 2009. Hubungan Panjang – Berat Dan Faktor Kondisi Ikan Layang
(Decapterus Russelli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi
Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35(1) : 65-74 ISSN 0125 – 9830.
Marson. 2012. Hubungan
Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Julung-Julung (Hemirhamphodon
Pogonognathus) di Perairan Sungai Musi Bagian Hilir, Sumatera Selatan.
Jurnal Fisheries Vol. I - 1 : 34 – 36, Juli 2012 ISSN 2301-4172.
Misran. 2008. Materi kuliah Ikhtiologi.
http://ub.lecture.ac.id
Mulfizar, Zainal, A.M., Irma, D. 2012.
Hubungan Panjang Berat
dan Faktor Kondisi
Tiga Jenis Ikan Yang
Tertangkap di Perairan
Kuala Gigieng, Aceh
Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Depik, 1(1):1-9 April ISSN 2089-7790 .
Nofrita, Dahelmi, Hafrijal, S., Djong, H.T. 2013. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan
Karakteristik Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer). Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Rifqie, G.L. 2007. Analisis Frekuensi Panjang dan Hubungan Panjang Berat Ikan Kembung
Lelaki (Restrlliger kanagurta) di Teluk Jakarta. Skripsi pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar